Pagi dini hari selepas subuh berangkat dari jalan Pemuda, di depan sebuah bangunan yang berdiri th1928, saat itu bernama CES (Chiness English School) di jln. Bodjong 141-143 Semarang, sampai sekarang masih terawat baik dan digunakan sebagai sarana belajar: SMA Negeri 5 Semarang.
Rombongan bergerak ke arah paling selatan batas kota. Pukul 6 pagi, Vihara Buddha Gaya Watugong yang di dalamnya terdapat Pagoda Kwan Im, menjadi tujuan pertama perjalanan wisata sejarah di Semarang. Letak Vihara Buddha Gaya Watugong yang berada di perbatasan Kota Semarang dan Kab Semarang sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota, kira-kira hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi. Namun jarak Vihara Buddha Gaya Watugong paling jauh dari obyek wisata lain yang hampir semua berada di kawasan perkotaan Semarang.
Pagoda Kwan Im, bangunan yang terdapat di kompleks Vihara Buddha Gaya Watugong ini mempunyai nilai artistik tinggi 39 meter. Dibangunan tahun 2005, terletak persis di depan Makodam IV/Diponegoro Semarang. Bangunan yang mempunyai tujuh tingkat ini terdapat patung Dewi Welas Asih dari tingkatan kedua hingga keenamnya. Namun sedikitnya 20 patung Kwan Im dipasang di Pagoda tersebut. Pemasangan Dewi Welas Asih ini disesuaikan dengan arah mata angin. Hal ini dimaksudkan, agar Dewi yang selalu menebarkan cinta kasih tersebut bisa menjaga Kota Semarang dari segala arah. Bangunan ini merupakan pelengkap ruang Metta Karuna di Vihara Avalokitesvara Srikukusrejo Gunung Kalong di Kab Semarang.
Gereja Katedral Randusari menjadi tujuan selanjutnya. Bangunan ini terletak di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo Semarang, dekat dengan Lawang Sewu. Bangunan Katedral terdiri dari gedung pertemuan dan sekolah (SD Bernadus dan SMP Dominico Savio). Katedral menjadi gereja induk di wilayah Keuskupan Jawa Tengah Agung Semarang. Bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bersejarah yang dilindungi di KotaSemarang. Arsitektur bangunan Katedral berbentuk setangkup dengan facade tunggal yang berorientasi pada arsitektur Barat. Kompleks bangunan didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk, masing-masing berada di sisi Barat, Selatan dan Utara.
Jika Anda memang belum pernah mengunjungi Lawang Sewu, Tugu Muda dan gedung Lawang Sewu adalah dua icon kota Semarang dan dari Gereja Katedral Randusari kita bisa berjalan sekitar 300 meter, atau jika Anda juga belum pernah ke Kuil Sam Po Kong, sekitar 3 Km dari Gereja Katedral Randusari kita bisa mencapainya.
Perjalanan kami langsung menuju ke Taman Srigunting yang letaknya di kawasan Kota Lama, tepatnya di Gereja Blenduk. Sebelumnya kami singgah sebentar di Kantor Pos Besar yang letaknya tidak jauh dari pasar tradisional terbesar di Semarang yaitu, Johar Semarang.
Kantor Pos Besar merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Loenpia dan Bandeng Presto ini. Bangunan Kantor Pos Besar dibangun pada saat pelayanan jasa pos di Indonesia hampir setengah abad. Sebelumnya, ketika lembaga pos yang dibentuk oleh J.P.Theben Tervile ini pada tahun 1862 mulai beroperasi, gedung yang ditempati berada di Kota Lama, berseberangan dengan kantor pelayanan jasa komunikasi di Jalan Letjend Suprapto, lebih ke arah barat. Tahun 1979 pernah dilakukan pemugaran pada gedung ini, serta penambahan ruang pada bagian belakang bangunan.
Tidak lama di Kantor Pos Besar, kami meluncur ke Taman Srigunting yang kurang lebih jaraknya hanya 3 Km karena masih dalam satu kawasan Kota Lama Semarang. Taman Srigunting merupakan landmark Kota Lama. Pada masa Belanda, Taman Srigunting berwujud parade plein yang dibangun untuk panggung parade yang kini menjadi ruang terbuka. Taman ini merupakan satu-satunya taman yang berada ditengah kota lama. Taman Srigunting terletak di Jalan Letjen Suprapto No. 32, kawasan Kota Lama, Semarang. Taman ini diapit oleh Gedung Marba di sebelah selatan, Gedung Jiwasraya di barat daya, Gereja Blenduk di sebelah barat dan Gedung Kerta Niaga di sebelah timur.
0 komentar